Labels

Jumat, 25 November 2011

Ia tak ingin aku memujinya...."cantik..."

...ia tak ingin aku memujinya cantik...padahal dia memang cantik...
...ia tak ingin orang lain memujinya cantik...padahal dia pantas dipuji cantik...
...aku tak kuasa menahan bibir ini menyebutmu cantik...

…aku tak kuasa menghentikan otak ini bertanya “mengapa kau tak ingin disebut cantik…”
“…cantik mengapa kau tak ingin disebut cantik? padahal engkau cantik…” itu selalu tanyaku padamu…

Lama kau terdiam ketika ku bertanya itu padamu…lalu kau pergi…itu terjadi setiap kali aku bertanya padamu…

“…cantik mengapa kau tak ingin disebut cantik…”
tanyaku suatu hari…dan hari itu aku mendapat jawab dari bibirnya, katanya :

“…kau tak perlu memuji dan berkata aku cantik sebab aku sudah tahu aku cantik…aku tak ingin orang lain menyebutku cantik sebab aku tahu pujian itu semu…namun kali ini aku berubah pikiran, aku membolehkanmu memanggil dan memujiku cantik…”

Kali ini aku yang terdiam lama...penuh dengan kebingungan…lalu aku berkata “mengapa..?”
Sambil tersenyum dengan cantiknya ia berkata:

“karena …pujian darimu tidaklah semu bagiku…”

…kali ini aku yang terdiam lama lalu pergi….”cantik kau benar-benar cantik…”seruku dalam hati… (24 November 2011)

Rabu, 23 November 2011

Gw Gak Mau sakit….Emang kenapa?

oleh CeRio pada August 11, 2008 jam 21:05
 
 
Sering aq dengar (bahkan aq sendiri) orang-orang sekitar aq bertanya (baca:mengeluh) seperti ini….

"Mengapa hidup ini menyakitkan?"
"Mengapa rasa sakit harus ada?"
"Mengapa saya harus mengalami rasa sakit?"
"Aku benci sakit…"


Ketika aq merenungkan setiap tanya dan keluhan mereka aq berusaha memandangnya dari sudut berbeda…
Rasa sakit memang membuat tidak nyaman tapi bukannya Rasa sakit merupakan alarm sempurna untuk mencegah terjadi kerusakan lebih jauh pada tubuh anda. Rasa sakit membuat kita mengetahui mana yang membahayakan mana yang tidak , rasa sakit membuat kita lebih waspada.

Aq ingat sebuah kisah nyata tentang seorang anak yang berusia 5 tahun yang mengalami kerusakan pada sensor rasa sakitnya, layaknya usia anak 5 tahun yang sering loncat-loncatan, sering menggigit jari dan lain2 tidak adanya rasa sakit membuat anak itu tidak belajar untuk menghindari hal-hal berbahaya bagi dirinya, ia sering patah tulang, jarinya terpotong karena sering digigit dan yang mengerikan anak itu tak menangis sama sekali, ia tetap tersenyum…miris hatiku ketika melihatnya…

Hm…syukurnya aq punya rasa sakit…dari kisah anak itu dan dalam perenungan ku aq berkesimpulan :
Rasa sakit yang terjadi pada diri kita terdiri atas dua jenis dengan fungsi yang hampir sama yaitu:

Rasa sakit fisik          : Mengubah apa yang akan kita lakukan.
Rasa sakit emosional : Mengubah cara berpikir

Dengan kata lain dalam hidup rasa sakit diperlukan untuk mengubah kelakuan serta cara berpikir kita.

Hm…diakhir perenunganq aq mengeluarkan kata ini:

"Kita tidak hanya belajar banyak dari kenikmatan hidup tetapi juga dari rasa sakit yang kita terima. Rasa sakit membuat kita menghargai apa yang telah kita lalui.karena dalam hidup yang penting adalah proses, bukan hasil maka sakitpun boleh kita rasakan asal jangan kita yang jadi penyakit"

Apa benar kamu Punya sahabat?

oleh CeRio pada August 21, 2008 jam 19:31

Apa benar kamu Punya sahabat?

S.A.H.A.B.A.T

Gak ada habisnya ngomong soal sahabat…salah satu perenunganku tentang sahabat, simak ya ^_^ and beri tanggapan kalo bisa.

Suatu kali waktu aku nyiapin materi tentang “Sahabat” untuk aq bawakan pada suatu kegiatan, ada beberapa pertanyaan yang mengusikku dan cukup membuatku sadar apa makna sahabat itu:

1. Apakah aku punya sahabat?

Jawab:
Pertanyaan ini aku tanyakan pada diriku sambil mengingat orang-orang yang mewarnai hari-hariku.
Hm…pertama sih aku pede banget bahwa aku punya banyak sahabat tapi setelah aku pikir lebih dalam, aku terkejut dengan hasil pemikiranku, ternyata aku tidak punya banyak sahabat seperti yang aku pikirkan. Orang-orang yang mengenalku pastinya akan heran apalagi kata mereka aku tipe orang yang mudah dapat teman hm….ada benarnya sih aku emang punya banyak teman tapi kalo sahabat tunggu dulu…Aku berpikir demikian karena selama ini, sedari kecil aku membiasakan untuk hidup tidak bergantung dengan orang lain dan itu sangat berpengaruh dengan pergaulanku karena seringkali aku menjadi orang yang bisa diandalkan atau setidaknya dianggap memiliki kemampuan lebih (itu bukan anggapanku lho tapi dari mereka yang menganggapku sahabat mereka) padahal aku seringkali kesulitan dengan predikat seperti itu, salah satunya ya gengsi kalo bergantung dengan orang lain dan akhirnya keteteran ngerjain apapun dan nyusahin diri. Tetapi apapun predikat yang di berikan padaku, aku adalah manusia yang butuh sahabat.
Selain itu aku malu nyebut diriku punya banyak sahabat karena justru orang-orang yang aku anggap sahabat kurang menganggapku sahabatnya, aku berkesimpulan demikian karena beberapa kali aku mendapati diriku salah kaprah, misalnya :

-Pernah suatu kali A (yang aku anggap) sahabatku mengalami masalah yang cukup rumit dan pastinya dalam penyelesaiannya butuh seseorang yang mendukungnya, tetapi justru dia gak cerita padaku.
-Terus ada juga B (yang aku anggap) sahabatku yang pada suatu kesempatan ketika aku ngumpul-ngumpul dengan dia dan beberapa teman, terus ketika pembicaraan kami menyinggung tentang makna sahabat dia bercerita pada kami betapa ia sangat bersyukur punya sahabat-sahabat yang menolongnya, dan ketika dia menyebut nama sahabat-sahabatnya ternyata namaku tak disebut sama sekali :-( .


Kejadian-kejadian seperti diatas beberapa kali terjadi, Ternyata aku yang kepedean, orang yang aku anggap sahabat justru tidak menganggapku sahabat, tetapi tidak sedikit juga orang-orang yang disekitarku menganggap aku sahabatnya, menceritakan hal yang terberat dan ter-rahasia dari dirinya padahal aku gak nganggap dia sahabatku. Hm….Aku pun lanjut pada pertanyaan selanjutnya…

2. Sejauhmanakah seseorang itu disebut sahabat?

Pertanyaan ini nich tidak aku tanyakan pada diriku saja tapi juga pada orang lain, bahkan saking penasarannya aku buat angket kecil-kecilan, sekitar 50 respondenlah ditambah dengan beberapa wawancara singkat dengan orang-orang sekitarku dan hasilnya wah cukup banyak definisi dan kriteria sahabat. Aku nyari diinternet pun wah bejibun banyaknya. Tapi aku suka sekali dengan sebuah pernyataan dari seorang bijak:


“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Merenungkan pernyataan itu, aku bertanya pada diriku apa lagi ya yang lebih berharga dari nyawa? Pastinya gak ada kan? Jadi kalo dari pernyataan tersebut seorang sahabat adalah mereka yang mau memberi segala sesuatunya untuk sahabatnya. Wah berat banget nich pernyataan. Kalo aku pikir-pikir sulit didapatkan orang seperti demikian apalagi di zaman ini yang egoisnya gak ketulungan, jangankan nyawa diminta waktunya sedikit aja untuk curhat beh minta traktir, banyak pamrihnya…Padahal aku (dan pastinya setiap orang) ingin memiliki sahabat yang tulus ikhlas menjadi sahabat.

3. Kriteria seorang sahabat idaman itu seperti apa?

Dari angket dan wawancara singkat terdapat banyak kriteria-kriteria sahabat yang aku peroleh, pada umumnya mereka ingin punya sahabat yang pengertian, mau menerima apa adanya, sabar, jujur,pendengar yang baik, ada disaat mereka susah ataupun sedih bahkan ada beberapa orang yang pengen punya sahabat yang cantik, tampan,tajir,gaul, pintar dan hal-hal yang menguntungkan secara materi dan prestise. Aku termasuk orang-orang pada umumnya, tapi dalam benakku aku bertanya pada diriku ”Apa aku seperti kriteria tersebut?” aku pun berpikir betapa egoisnya menuntut seseorang memiliki kualitas seorang sahabat idaman tetapi kita sendiri tidak menjadi sahabat idaman. Wah aku harus cek diri lagi nich…seberapa layakkah aku menjadi sahabat bagi sahabatku, seberapa tulus dan ikhlaskah aku memberikan diriku sepenuhnya ataukah selama ini hanya sebatas untung rugi atau sekedar prestise???

Diakhir pertanyaanku aku berkesimpulan:

1. Sering-sering mengevaluasi hubungan kita dengan sesama terutama mereka yang dekat dengan kita itu teramat perlu, siapa tahu apa yang kita anggap ”Ya” dalam hidup pada kenyataannya adalah ”Tidak”. Jangan sampai penyesalan datang mana kala kita mendapati diri kita hanya berjuang sendiri…

2. Memiliki sahabat itu teramat sulit, butuh sedetik mencari musuh tetapi butuh waktu yang lama untuk memperoleh sahabat. Karena sulitnya itulah seharusnya persahabatan itu teramat perlu DIPERHATIKAN.

3. Seseorang yang ingin memiliki sahabat idaman seharusnya (berusaha) menjadikan dirinya seorang sahabat idaman.

”Seorang sahabat pastilah seorang yang mencinta, tetapi seorang yang dicinta belum tentu yang mencinta. Seorang sahabat menabur cinta setiap waktu, ia hadir dalam kesukaran dan menemani dalam setiap langkah, ia tidak berjalan di depan, ia tidak berjalan di belakang, tetapi ia berjalan di sebelah beriringan. Ketulusan adalah bahasanya, keikhlasan adalah geraknya dan cinta adalah wujudnya. Ia menjadikan cahaya kecil dalam gelap menjadi harapan dan membuat diri berani menghadapi gelap tanpa harus tertelan oleh gelapnya kegelapan. Tak selalu belaian yang ia beri, terkadang tamparan dan pukulan yang menjadi pengingat diri akan kenyataan. Cintanya tidak buta tetapi membenamkan dendam dalam maaf. Sahabat adalah sahabat, sahabat dari sahabat untuk sahabat” .

"Kok Kamu Githu sich...."

oleh CeRio pada 24 September 2009 jam 19:50
 
Kata merupakan simbol yang dibuat manusia sehingga tidak memiliki arti yang jelas dimana artinya bergantung pada persepsi orang yang memberi dan yang menerima. Persepsi dibentuk oleh keseharian hidup dan keadaan fisiologis individu yang terakumulasi dalam perasaan, tingkah laku dan cara berpikir individu. Dengan kata lain sebuah kata dapat berbeda maknanya antara pemberi dan penerima karena orang yang mendengarkan memiliki latar belakang yang berbeda dengan yang berbicara.

Dalam keseharian kita ketika berkomunikasi, kata seringkali disampaikan lewat bermacam cara, baik itu face to face, via telpon, email, chatting, sms dan lain-lain. Diantara semua cara menyampaikan kata, aq lebih sering bermasalah ketika menyampaikan kata-kata lewat sms. Sejak aq punya hp, aq suka banget kirim sms, lebih seringnya sich kirim kata-kata hasil perenunganku. Nach sehubungan dengan kebiasaanku mengirim kata-kata renunganj, aq pernah beberapa kali jadi ”korban” salah persepsi.

Suatu kali aq mengirimkan kata-kata yang menurutku akan memotivasi orang, kata-katanya kira-kira seperti ini (maaf lupa, sudah lama sich) seperti ini :

” Komitmen bukan sekedar kata-kata yang berbalutkan keinginan, tetapi merupakan suatu jaminan bahwa seseorang bisa dipercaya”.

Nach ketika aq kirim sms ini ke beberapa rekanku, dari sekian banyak yang aq kirimkan, beberapa orang meresponi dengan terima kasih atau membalas dengan kata-kata yang memotivasi, tapi hanya satu yang membalas dengan kata-kata :

”Kok kamu gitu sich, kamu tidak mengerti permasalahanku, kamu tidak tahu betapa susahnya saya menjalani kehidupanku, kalian tidak ada yang mau tahu”

(kira-kira begitu, sekali lagi maaf, sedikit lupa)

Wah…aq bingung kenapa ya dengan dia, apa kata-kataku salah??? aq pun kemudian meminta maaf padanya dan menyatakan tujuanku meng-sms bukan untuk menghakimi ataupun menyinggung dirinya, hanya sekedar memotivasi dan itu pun tidak hanya untuk dia tapi juga untuk beberapa orang. Akhirnya dia mengerti dan meminta maaf, dan mengakui bahwa ia memang sedang menyalahkan dirinya karena akhir-akhir ini memang sudah jarang ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kami karena kesibukannya, tetapi lewat itu pula aq bisa mengutarakan bahwa kami tidak menyalahkan kesibukan dia dan meyakinkan dia bahwa kami mengerti keadaannya.

Aq punya beberapa pengalaman seperti demikian, ada yang berakhir dengan baik seperti kisahku tadi (saling memaafkan, dan masalah dengan dirinya selesai) bahkan berterima kasih sudah diingatkan dan ”ketagihan” he…he…, tapi ada juga yang tidak, meski aq sudah jelaskan bahwa aq tidak bermaksud apa-apa selain memotivasi dan akhirnya aq berhenti sms dia lagi karena sudah gak enak hati….

Tapi aq gak akan berhenti mengirimkan sms kata-kata motivasi meskipun ada yang tersinggung dengan kata-kataku, karena aq sangat percaya bahwa ketika aq mengirimkan kata-kata itu pada seseorang itu bukan kebetulan, soalnya aq ngirim kata-kata kepada orang yang berdasarkan feelingku membutuhkan. Selain itu :

  1. Bukan kata-kataku yang bermasalah, tapi persepsi orang itu, dalam artian kata-kataku datang pada saat yang TEPAT menyinggung masalah yang sedang dihadapi dan bagiku Ketersinggungan Itu Bukannya Harus Dijauhi Oleh Orang Yang Mengalaminya, Tapi Seharusnya Diterima Sebagai Bagian Yang Menyadarkan Dia Bahwa Hal Tersebut Harus Diselesaikan. Contohnya dengan kisahku tadi, bukankah akhirnya rekan kerjaku menyadari rasa bersalahnya dan karena kata-kataku, ia akhirnya ia terbuka dan tahu bahwa kami rekan-rekannya tidak menyalahkan justru memahami keadaannya.
  2. Dari sekian banyak yang aq kirimkan kata-kata, Cuma segelintir yang ”protes”, yang lainnya justru berterima kasih dan menyatakan bahwa kata-kata yang aq kirimkan sangat membantu mereka bahkan menyarankan aq untuk terus mengirimkan.

Akhir kata terima kasih buat mereka yang telah merespon dengan baik kebiasaanku mengirimkan kata-kata motivasi, juga buat rekan kerjaku yang telah aq kisahkan tadi, karena lewat mereka aq tahu yang aq lakukan adalah benar.

Dan untuk mereka yang masih tersinggung, sekali lagi maaf, tidak ada maksudku menyakiti kalian, tapi Ingatlah Aq Bersyukur Jika Kalian Tersinggung, Karena Itu Berarti Kalian Sadar Akan Apa Yang Sedang Kalian Hadapi.

Seorang bijak pernah berkata :

”Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Cerio, On The end of 2008

APA YANG KAU HARAPKAN?

oleh CeRio pada 3 Oktober 2009 jam 23:53
 
Apa yang kau harapkan dari mentari sesaat ia terbit sesaat pula ia
terbenam dan ada kalanya ia tak berdaya ketika ia tertutup awan yang
bergelayut di birunya langit…
Apakah yang kau harapkan dari waktu…ia tak akan pernah
menunggumu.Walau nafasmu terseng...al dan mukamu merona ditaburi butiran
keringatmu ketika engkau mengejarnya…
Apakah yang kau harapkan dari semua keindahan di muka bumi, hanya
sesaat indahnya dan tak lama mereka pun menua dan menjadi tak layak
dipandangan mata…
Apakah yang kau harapkan dari seorang manusia yang akan musnah lapuk dikelilingi ketidaksempurnaannya dan nestapa kematiannya…
Mampukah dirimu menanti segala yang tidak abadi,larut bersama ketidakabdiannya dan menjadikan hidupmu sia-sia

Ya tak ada yang bisa diandalkan dimuka bumi selain asa pada SANG
ABADI.Tak ada yang tidak sia-sia di muka bumi selain melakukan apa yang
menjadi kehendak-Nya.


---Diantara nelangsanya hari, april 2007---

Terganggu tapi ....

oleh CeRiO pada 18 Maret 2010 jam 4:28
"...pada dasarnya Tuhan tidak mematok dengan siapa kita akan hidup bersama
tapi yang Tuhan kerjakan adalah memimpin kita dan membukakan kesempatan utk bertemu dengan orang (mungkin beberapa orang) yang memiliki karakter yang benar, yang sesuai kehendakNya bagian kita adalah: dengan pimpinan hikmat Tuhan dan pengaruh kepekaan yang kita miliki oleh karena kedekatan dan pengenalan kita akan Tuhan, maka dengan akal budi kiat, kita memiliki kesempatan untuk MEMILIH siapa yang akan menemani hidup kita selamanya..."

    Kata-kata ini aku kutip dari catatan seorang teman yang juga mendapatkannya dengan cara yang cukup unik "curi-curi dengar" tapi kata-kata ini cukup menggangguku sehingga harus kutulis, mengganggu bukan karena melukai hati tetapi hanya sekedar berbagi...
kata-kata ini...unsur free will "teraba"...but tidak lepas dari intervensi TUHAN...aku berusaha menelaah...
berusaha memahami...
aku tak tahu masalah patokan TUHAN cuman aq sependapat dengan :

"yang Tuhan kerjakan adalah memimpin kita dan membukakan kesempatan utk bertemu dengan orang (mungkin beberapa orang) yang memiliki karakter yang benar, yang sesuai kehendakNya bagian kita adalah: dengan pimpinan hikmat Tuhan dan pengaruh kepekaan yang kita miliki oleh karena kedekatan dan pengenalan kita akan Tuhan, maka dengan akal budi kita, kita memiliki kesempatan untuk MEMILIH siapa yang akan menemani hidup kita selamanya..."

jadi ingat kata-kata di amsal 27:17 "besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya"

Aku sangat percaya intervensi TUHAN terkhususnya pada setiap orang yang kita temui....percaya bahwa pada akhirnya kita yang bebas memilih siapa yang ingin kita ajak mengisi catatan hidup...


HANYA SAJA SERINGKALI KITA BERMASALAH PADA KEDEKATAN DAN PENGENALAN KITA AKAN TUHAN SEHINGGA KITA TIDAK PEKA....

Tolong...

oleh Cenri Irawan Ponto pada 16 Januari 2010 jam 13:53
 
 
Setelah menyaksikan tayangan televisi di R*TI tentang seorang anak yang menjual kecrekan untuk biaya sekolahnya, aku makin teringat dengan sebuah kejadian ketika aku hendak pulang dari RUPER, seorang anak berambut panjang berbaju merah muda model gaun menyeberang jalan bersamaku sambil memegang kantung plastik, beberapa langkah menuju pinggir jalan yang juga depan sebuah mall, gadis kecil berambut panjang itu tiba-tiba bertanya pada ku

“ Kak Bandara Hasanuddin dimana?”

Sambil menepi menuju ketempat yang lebih aman dari kendaraan ku menjawab “ di sana (sambil menunjuk) “
Sambil memindahkan kantung plastik putih yang nampaknya berat ke tangan yang lain ia pun berkata “ Kak saya mau minta tolong, ayo kesana (sambil menuju pintu gerbang Mall)
Aku pun ikut menepi, kemudian ia bercerita dengan gaya bicara yang aneh menurutku bagi anak makassar, logat kalo istilah di kotaku.

“ Kak tadi aku dari MP bukan yang disini tapi yang di sana (ia menunjuk ke arah MP, tapi aneh kok M*os di bilang MP ya??? ) terus saya beli kue di suruh tante (sambil memperlihatkan kantongannya) terus saya mau beli obat untuk kakek lalu uang itu hilang kak, saya mau jual kue ini untuk beli obat kakek

( begitu kira-kira aku agak lupa tapi aduh di sini nich entah napa ya aku jadi punya beberapa pertimbangan setelah dengar cerita anak itu 1. ingat program TV yang serupa di R*TI siapa tahu bisa nolong dan dapat hadiah, sambil beusaha nyari kamera atau peralatan pengeras suara he.he.he. 2.Ingat penipuan yang kadang terjadi di kota ini apa lagi “keanehan” gaya bicara anak itu.3.Pengen nolong tapi aku bisa tolong apa ya???lagian aku buru-buru. Tapi walaupun demikian aku memutuskan untuk tetap dengar ceritanya, bukan karena hal 1 tadi tapi siapa tahu aku bisa bantu walaupun aku rada-rada terganggu coz emang lagi buru-buru sih )

Lalu anak itu berkata “saya mau jual kue ini kak (sambil menunjukkan dan membuka sedikit kantong plastiknya, gak jelas sih apa isinya tapi kayaknya kue pawa ).

“Berapa harganya?”

“dua ribu lima ratus satu biji, ada 40 biji jadi berapa itu semuanya (ia bertanya,aku juga berusaha hitung tapi aku emang payah hitung-hitung jadi keduluan jawab ama anak itu hehehe) dua ratus ribu semuanya” tukasnya sambil menunjukkan respon yang entah mengapa buatku agak curiga...dia mau menipu atau emang tim reality show itu???

Agak kecewa sih ketika tahu harganya segitu coz aku ndak bisa bantu, duitku cuma cukup untuk naik pete-pete sehingga aku bilang gini

“dua ratus ribu???uangku kayaknya gak cukup deh tinggal cukup untuk pulang, berapa ya...(sambil ingat-ingat) cuma delapan ribu, maaf ya tidak bisa bantu...coba minta tolong sama ibu itu” (sambil menunjuk pada seorang ibu yang menurutku alim, terlihat dari pakaiannya yang mengenakan jilbab dan jubah besar).

Setelah aku memberi saran pada anak itu, anak itu pun berlalu dari ku dan pergi menuju ke arah ibu yang aku tunjukkan tadi. Aku pun bergegas naik pete-pete sambil menduga-duga, ini betulkah perkataan anak tadi, penipuankah, atau aku masuk reality show??? Sambil bergegas aku pun berusaha mencari-cari kamera atau apalah...dan naik pete-pete pun aku kepikiran bahkan sampai aku mengetik kisah ini...

Hal yang aku pikirkan dan bisa aku pelajari adalah....

1. Mau tidak mau, suka atau tidak suka aku sudah menjadi orang yang tidak tulus bahkan jahat, kenapa? Karena begitu banyak pertimbangan ketika hendak menolong dan pertimbangan itu memang lebih mengarah pada “apa dampaknya bagi saya” ketimbang “apa dampaknya bagi orang itu”. Bagaimana kalau benar kakeknya butuh obat? Atau kalau itu benar-benar penipuan berarti aku sudah salah dengan menyarankan orang lain untuk menolong anak itu, betapa jahatnya aku... hm...sedih sekaligus bersyukur bisa tahu kalo aku punya ego sedemikian. Sedih karena aku begitu banyak belajar tentang mengasihi bahkan menyerukan kepada orang-orang tentang mengasihi tetapi justru dalam keadaan seperti demikian aku tidak menjadi apa yang seharusnya hm...malu jadinya ...sedih. Bersyukur karena aku bisa tahu sejauh mana diriku bertumbuh dan itu buatku harus memaksa diri untuk lebih lagi menjadi apa yang seharusnya diriku.

2. Bagian yang lain yang bisa aku pelajari adalah bahwa tendensi-tendensi yang hadir membuat seseorang mengurungkan niat untuk menyatakan apa yang harus sebenarnya ia lakukan, misalnya seperti kasus ini, karena pernah mendengar tentang penipuan yang biasa terjadi maka aku pun urung untuk berbuat baik. Tetapi hal lain bahwa tendensi-tendensi pun bisa buat orang mau menolong ya misalnya karena sudah tahu ada reward ketika melakukannya hm...aku jadi ingat kata seorang kakak padaku beberapa tahun yang lalu

“Jika mau berbuat baik, berbuatlah jangan bertanya lagi, jangan ada pertimbangan...”

kata-kata itu dan kejadian dengan anak itu membuatku aku lebih dalam memahami bagaimana seharusnya, berbuat seharusnya tidak di dasari oleh tendensi atau dugaan-dugaan tetapi lebih pada apa yang sebenar-benarnya harus di lakukan terlepas apapun pertimbangan-pertimbangan itulah keikhlasan, itulah ketulusan yaitu dimana pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut ego dikalahkan.

3. Dari sudut pandang yang lain aku memahami perasaan orang-orang yang pernah aku tonton di reality show di R*TI itu dimana aku paham saat mereka tidak menolong...memahami kecurigaan mereka, memahami betapa banyak alasan dari mereka untuk tidak menolong dan itu tak bisa di salahkan bukan hak kita untuk menghakimi hanya saja jika kita tahu mana yang seharusnya dilakukan tapi tidak kita lakukan maka itu salah tapi kembali lagi itu bukan urusan orang lain, hanya kita saja yang harus menyadari, hanya kita.


Hm....semoga kita bisa melakukan apa yang harusnya kita lakukan dalam kondisi apapun....

Aku belajar mencintanya...

oleh Cenri Irawan Ponto pada 22 April 2010 jam 12:14
 
 
Aku belajar mencintanya
Meski waktu membuatku menantinya

Aku belajar mencintanya
Meski tak satu pun sapaan cintaku berlandas di hatinya.

Aku belajar mencintanya meski aku tahu ia tak peduli akan dengungan nafas kasih yang kutiupkan dihari-harinya.

Aku belajar mencintanya meski…
Mulutnya kini penuh dusta…
Tak dihiraukannya lagi hikmat…
Kepalsuan menjadi bagian hidupnya
Dengan ketidakpeduliannya ia seakan berkata “Tuhan itu buta dan tuli”

Aku belajar mencintanya bahkan mencintanya hingga terluka oleh ketidakpeduliannya.

Meski 1 per 1 tusukan di hujamkan di hatiku tak mengapa…Karena CINTA SEMPURNA telah membalut hatiku…

Aku belajar mencintanya karena aku tetap mencintanya…ya selalu mencintanya…




-Memoar 2009-

Mengapa Aku begini...

oleh CeRiO pada 22 April 2010 jam 12:11
...puisi dari mereka dan aku...

Tak seorang pun yang bisa melihat perihnya hati
Tak seorang pun yang dapat melihat sedihnya jiwa
Ingin berlari meninggalkan setiap keluh.
Hinggap dari 1 hati ke hati yang lain tapi tak satupun yang mengerti

Hidup pun mengingkari diri, diri hidup dalam topeng kebahagian
Meski hati remuk dan penuh tanya “Mengapa aku begini”

Hidup meracun diri, terjebak dalam dunia yang sekejap nikmat tetapi menuju kebinasaan.
Meski hati remuk dan penuh tanya “Mengapa aku begini”

Mencoba mencari jawab tapi terlena dalam bayang kenikmatan semu, diri tergopoh lunglai tak berdaya tetapi tetap bertopeng kebahagiaan.
Meski hati remuk dan penuh tanya “Mengapa aku begini”

Diri tetap berjuang meski tak tahu
sampai kapan harus berjuang…
sampai kapan meracuni diri…
sampai kapan bertopeng kebahagian…
Sampai kapan hidup dalam pelarian dan kepalsuan

Hati masih remuk…
Dan Tetap bertanya “Mengapa aku begini…”

Tolong aku…

-Memoar 2007-

Manusia Durian

oleh CeRiO pada 21 Februari 2011 jam 17:18
...wahai manusia2 durian..
tertusuk aku akan durimu, tapi terlena aku akan isimu...meskipun kau galak, ceplas-ceplos, ngomongnya kadang pedis bin sadis tetapi engkau realistis, menepis kudis di hati, meski kuping terasa teriris bahkan saat engkau mendesis tentang krisis yang terlampau mengikis hidupku tapi lama aku mengerti rasanya seperti kismis campur brownies sungguh delicious,

wahai manusia2 durian
tampilanmu kagak necis tapi selalu optimis sangat cocok bagiku yang kadang pesimis dan terlampau pragmatis...

wahai manusia2 durian...tetaplah eksis tanpa menjadi narsis, tetaplah kritis untukku yang hidup tak klimis...



(buat mereka yang selalu jadi cermin dan spionku hehehe trims buat kritikan kalian...aku selalu rindu itu...suer aq serius)...
^_^

Jika cinta, tuluslah...

oleh CeRiO pada 2 November 2010 jam 0:31
 
Cinta bukan pengorbanan tetapi pengorbanan adalah salah satu bukti cinta...
Cinta bukan perjuangan tetapi cinta layak untuk diperjuangkan...

Kesalahan kita adalah terkadang menjadikan cinta sebagai pengorbanan dan perjuangan sehingga membuat cinta NAMPAK bersalah karena telah melukai hati, kita pun menghitung-hitung sembari berkata :

"Aku sudah berjuang mendapatkanmu, aku berkorban banyak untukmu, tidak cukupkah itu bagimu!"

Jika cinta, tuluslah, jika tidak, selamat menyesal karena telah mengenalnya...
-Catatan tak terselesaikan, 1 November 2010-

Bebassss....

Bebaassss.........................itu kata yang keluar dari mulutku, kata-kata yang aku tunggu selama setahun ini. Ya kata yang aku dan teman-temanku harapkan. Entah perasaan apa ini, serasa lega seakan-akan beban dipundakku, kakiku, tanganku terlebih di kepalaku serasa menghilang. Hm........ inikah namanya kebebasan???. Tapi apakah yang membuatku merasa kosong? Aku merasa ringan tetapi kosong, kekosongan yang dahulunya tak pernah ada, apakah ini efek kebebasan???. Kebebasan dari tanggung jawab, kebebasan dari aturan-aturan dan ocehan-ocehan yang mengelilingi aku dan teman-temanku setahun terakhir. Aku berusaha mengacuhkannya, aku berusaha menjauh dari kekosonganku, dan tetap bertanya inikah kebebasan?.
        Hm.... tak terasa sudah setahun, kataku dalam hati, ya setahun aku menjadi pengurus, hampir setahun pula perasaan ingin bebas itu ingin keluar, tapi betapa mengekangnyakah kepengurusan itu?. Aku pun berbaring dan menutup mataku berusaha membuat gambaran kenangan peristiwa-peristiwa tahun-tahun yang  lalu..........
        Akhirnya gambar itu pun muncul dibenakku, setelah beberapa saat aku menyusun kepingan-kepingan memori di kepalaku. Yah aku melihat diriku, seorang remaja yang masih muda, remaja berkacamata yang sedang berusaha beradaptasi dengan lingkungan barunya, yah itu aku dengan potongan rambut cepak mendekati plontos, itu aku berdiri menatap kelas-kelas, menatap dan menyelidiki setiap bentuk yang akan menemaniku nantinya bersekolah. Aku pun melihat mereka teman-teman SMP ku, ya selain seorang sahabatku  yang juga temanku semasa SMP ada beberapa sosok yang aku kenal, mereka yang ada disekitarku sewaktu aku SMP, SD, TK bahkan teman sepermainanku. Aku senang karena aku tak sendiri.
        Tiba-tiba dadaku berdetak kencang, perasaan apa ini???, hm...ini perasaan takut, ya perasaan takut aku ingat sewaktu kelas 1 aku takut dengan lingkungan baruku walaupun berkurang dengan adanya sosok-sosok yang aku kenal, tapi itu tetap saja masih kalah dengan perasaan takutku terhadap para penghuni lama sekolah ini, ya siapa lagi kalau bukan para senior. Takut....itu kira-kira perasaanku, sampai suatu ketika aku tahu tidak semua dari mereka perlu aku takuti, aku tahu itu ketika kami para siswa baru yang beragama Kristen dikumpulkan di sebuah ruangan katanya sih ada ibadah persekutuan, waktu itu aku tak tahu apa itu persekutuan pernah dengar sih tapi paling kalo di gereja, tapi ini di sekolah??? Itu hal yang aneh bagiku. Ketika aku dan teman-teman masuk dalam ruangan tempat kami dikumpulkan perasaan takut kembali menyelimutiku ketika aku masuk dan melihat beberapa senior sudah ada di dalam dan lebih parahnya lagi aku harus duduk di depan kursi seorang senior, tapi hal yang tak kuduga adalah senior itu menyapaku, ya dia menyapaku dengan ramah dan mengajakku berkenalan sungguh hal yang mengejutkan bagiku, terlebih suasana ibadah yang beda sekali dengan ketika aku di gereja, ketakutanku berangsur hilang apalagi setelah ibadah kami saling berjabat tangan dan berkenalan satu sama lain mereka ramah padaku dan teman-temanku bahkan mereka yang terlihat sangar dan berpakaian agak berantakan menyapaku ramah dan mengajakku bercanda hm...inikah persekutuan???
        Ditahun pertama aku bersekolah aku belajar banyak bagaimana hidup sebagai anak SMU terlebih aku bisa mengenal dunia persekutuan dan sejak saat itu aku berusaha tak pernah absen dari ibadah persekutuan. Ditahun pertama pula kekagumanku pada beberapa kakak yang kuketahui merupakan pengurus persekutuan menambah keinginanku untuk datang. Aku kagum dengan keramahan mereka, kerelaannya untuk memberi waktu untuk mempersiapkan ibadah (hal ini kuketahui ketika suatu kali aku pulang agak lama dari biasanya), perhatiannya kepada kami para siswa baru dalam memotivasi kami untuk ikut ibadah, menjenguk jika ada yang sakit bahkan membantu dalam pelajaran kami serta permasalahan kami baik dalam belajar maupun dirumah. Yang lebih mengagumkan lagi di tengah kesibukan mereka, prestasi mereka bagus tidak kalah dengan senior yang lain. Dalam benakku timbul pertanyaan “kok bisa ya?” , “apa rahasia mereka”. Pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku tapi aku ragu menanyakan kepada mereka sampai akhirnya pada liburan sekolah aku pun tahu apa yang membuat mereka sukses.
        Beberapa minggu sebelum liburan sekolah aku mendengar bahwa persekutuan sekolah akan mengadakan kegiatan di luar kota, wah dalam pikiranku pasti menyenangkan memang aku sudah bosan belajar  dan ini saatnya santai, pikirku. Aku berusaha mencari tahu seperti apa kegiatan itu dan kata asing pun kembali aku dengar mengenai nama kegiatan itu “Retreat” apaan lagi tuh??? Tapi masa bodoh yang penting bisa liburan. Akhirnya hari pelaksanaan pun tiba, perjalanannya menyenangkan walapun cukup melelahkan untungnya keakraban selama perjalanan membuatku sedikit bersemangat (soalnya kami nyanyi....nyanyi sambil sesekali main tebak-tebakan yang lucunya bukan main).  Kami pun tiba dan wow.........selama pelaksanaan kegiatan aku sangat menikmati kebersamaan diantara kami, setiap acara kuikuti walaupun masih ada beberapa kata dan kegiatan yang asing bagiku, tapi satu moment yang takkan aku lupa seumur hidup dalam kegiatan itu. Moment itu ketika aku menerima Pribadi yang sungguh agung, yang rela mati bagiku, manusia yang hina. Dan pengalaman itulah yang mengubah hidupku, perlahan tapi pasti. Dari pengalaman itu aku pun tahu mengapa para pengurus bisa menjadi sosok yang kukagumi, ya karena Kristus telah mengubahkan dan memampukan mereka berubah, Kristus menyertai mereka dan sebagai wujud syukur mereka pun melakukan apapun yang Kristus mau, karena mereka tahu Kristus dapat dipercaya dan senantiasa mengasihi mereka.
         Sepulang dari retreat aku sangat semangat untuk mengenalnya dengan belajar firman Tuhan dan melayaninya sebagai ungkapan syukurku padanya. Hingga suatu ketika akupun memutuskan untuk menjadi pengurus ketika beberapa senior menanyakan kesiapanku dan akupun mengikuti setiap pembinaan yang diadakan untuk setiap calon pengurus. Sungguh saat itu aku sangat bersemangat untuk melayani-Nya dan apapun akan kuperbuat untuk menyenagkan-Nya. Tiba akhirnya pemilihan pengurus dan akupun terpilih, sungguh bahagia, walaupun jabatan yang dipercayakan padaku hanya sebagai seorang pemerhati.
        Di tiga bulan awal pengurusan kami, kami sangat bersemangat dan setiap ide dan perencanaan pun muncul seperti aliran air yang tak terbendung. Tapi, lambat laun aku mendapati diriku dan teman-teman mulai tidak bersemangat, beberapa dari kami termasuk aku mulai bermasalah dengan teman sesama pengurus, program kerja yang kami buat terbengkalai karena kami tidak mengatur waktu kami dengan baik, beberapa dari kami saling menyalahkan, bersungut-sungut, ibadahpun tidak dipersiapkan dengan baik, Hubungan dengan Tuhan sudah tidak teratur bahkan aku pernah selama sebulan berturut-turut tidak SaTe dan ternyata teman-temanku pun ada yang demikian. Banyak dari kami sudah tidak prioritas, ada yang pacaran, ada yang alasannya kerja kelompok, dan beribu alasan lainnya sehingga banyak program yang terbengkalai dan itu kami rasakan mempengaruhi semangat teman-teman kami di persekutuan untuk ikut ibadah. Kepalaku dan teman-teman serasa mau pecah melihat banyaknya tuntutan yang diarahkan kepada kami entah itu sekolah yang semakin sibuk, orang tua yang menuntut kami lulus SMU dan masuk diperguruan tinggi favorit sehingga kami harus ikut bimbingan belajar maupun dalam pelayanan dimana kami sudah mengambil tanggung jawab. Dalam hati kecil kami, kami tahu itu karena kami tidak setia kami pun berusaha memperbaiki tapi serasa sulit apalagi ditambah dengan kritikan-kritikan pedas alumni dan teman-teman yang membuat kuping kami panas dan serasa ingin mengundurkan diri (bahkan sudah ada  yang tidak mau datang karena tidak tahan kritik). Hingga tak terasa 9 bulan telah berlalu, sebentar lagi pergantian pengurus, aku dan teman kembali bersemangat, tapi bukan seperti di awal kepengurusan, tapi hanya demi memperbaiki nama baik kami sebagai pengurus yang akan digantikan.
        Hm....setelah mengingat kembali masa-masaku dan teman-teman sungguh, air mataku menetes, aku menyadari selama ini kami tak setia, selama ini kami bukan melayani tapi bekerja, selama ini kami tidak melayani Tuhan tapi diri sendiri, melayani ambisi dan harga diri kami. Kami tidak sungguh-sungguh percaya dan mengikuti Tuhan. Kekosongan yang ada, kehampaan yang kurasa bukan suatu kebebasan tapi jeritan hati kecilku karena sudah gagal menyenangkannya. Tuhan, ampunkan kami, ampunkan hambamu ini. Ampunkan kami yang tidak menggunakan kesempatan yang Kau beri untuk melayani-Mu dengan sebaik-baiknya. Tuhan jikalau Engkau berkenan beri aku dan teman-temanku kesempatan untuk melayanimu lagi walaupun hanya memberikan sedikit pengalaman kegagalan kami melayani-Mu kepada mereka yang Kau pilih menggantikan kami, agar mereka tidak melakukan kebodohan yang sama seperti kami. Kepada-Mu aku berserah ya Allah, Dalam Kristus aku berdoa. Amin.

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”
Wahyu 2:4-5

[By : Cerio, 2004 medio 2007  teruntuk teman-teman dan adik-adikku di Kristal SMA 5 (cerio_angel@yahoo.com)]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...