Labels

Kamis, 08 Desember 2011

Persembahan Yang Berkenan

    Memberi persembahan sudah sering kita lakukan, memberi persembahan adalah sesuatu yang alkitabiah bukan sesuatu dilakukan hanya dikarenakan tradisi. Dalam perjanjian lama memberi persembahan banyak kita temukan. Kejadian 28:22 dimana Yakub berjanji untuk mempersembahkan kembali sepersepuluh dari apa yang ia terima dari pihak Tuhan. Dan ketika itu persembahan tidak saja ada karena suatu kerelaan, tetapi juga kewajiban bagi Israel.

Keluaran 25:2 : "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu.” 

     Mungkin kita berkata, “ahk itukan di perjanjian lama,kita tidak terikat taurat dan tradisi israel,bahwa kita sudah dibebaskan oleh Yesus Kristus.Tetapi bukankah Nuh, Abraham,Yakub, Melkisedek yang jika teman-teman baca di kitab kejadian memberi persembahan juga tidak terikat kepada Taurat.namun mereka melihat persembahan mereka sebagai unsur yang amat vital dalam hidup kepercayaan mereka. Kisah Kain dan Habel mungkin tak asing lagi bagi kita (Kejadian 4). Ketika kita sekolah minggu kakak-kakak sekolah minggu mungkin ada yang pernah menjelaskan bahwa saat Kain dan Habel membakar persembahannya, asap kurban persembahan Kain itu membelok turun ke bawah sedangkan asap kurban persembahan Habel naik menembus ke surga dan itulah tanda bahwa persembahan Kain di tolak dan Habel di terima. Bahwa karena sikap Kain kasar dan Habel halus sehingga persembahan habel lah yang diterima. Tapi apakah benar seperti itu?alkitab tidak menjelaskannya dan jawaban kakak-kakak kita itu tidaklah benar adanya. Ayat-ayat ini tidak berbicara tentang asap serta sikap kain dan habel belumlah nampak sebelum membawa persembahan masing-masing. 

    Lalu timbul pertanyaan kita mengapa persembahan Habel yang diterima dan apa sebabnya ditolak? Pertanyaan ini penting karena menyangkut kita semua. Kalau ada diantara kita, yang sama-sama beriman, yang sama-sama ingin berbuat sesuatu untuk Tuhan, tidakkah menggelisahkan kalau kemudian kita berada dalam posisi seperti Kain?yaitu tanpa alasan persembahan kita di tolak Allah; dan tanpa alasan pula, persembahan orang lain diterima Allah. Satu jawaban yang pasti bahwa itu adalah kedaulatan Tuhan, karena kedaulatan Tuhan maka kita tidak berhak bertanya ‘apa sebabnya?” atau “tidakkah lebih baik begini atau begitu?” Karena IA adalah Allah!. Kejadian pasal 4 pembacaan kita hendak memperingatkan kita saya dan teman-teman, agar kita selalu membedakan antara persembahan kita dengan keputusan Tuhan. Antara tindakan dengan kedaulatan Tuhan. Bahwa kita wajib terdorong untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, itu kewajiban kita, itu urusan kita, tetapi hak dan kedaulatan Tuhanlah untuk menerima atau menolak. Karena adanya kedaulatan Allah akan persembahan kita maka sikap kita seharusnya adalah : 

1. 1 Tawarikh 29:14. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. Persembahan kita seharusnya disampaikan dengan penuh kerendahan hati, dengan penuh harap semoga Allah berkenan mau menerimanya. Siapakah kita sehingga dapat mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan?.

 2. Roma 12:1. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Persembahan kita adalah tanda penyerahan diri kita, tidak hanya mencakup harta tetapi segala hal potensi kita, waktu kita, seluruh hidup kita. Semuanya adalah tanda penyerahan diri kita akan masa depan kita, keinginan-keinginan kita kepada berkat-berkat-Nya, pimpinan-Nya, perkenanan-Nya. 

3. Lukas 21:1-4. Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." Kita tak pernah dapat mengatakan bahwa persembahan kita sudah terlalu besar, sehingga Allah harus menerimanya begitupun sebaliknya. Sering juga kita menjadikan persembahan sebagai “senjata” untuk memaksakan kehendak kita menjadi kehendak Allah. Misalnya “Saya mau beri banyak persembahan deh supaya Tuhan juga memberi banyak untuk saya...”. Persembahan kita janganlah hendaknya kita jadikan “umpan pancingan” untuk memenuhi keinginan kita.Urusan Allah jika diterima atau tidak,urusan kita adalah adakah ketulusan dan kerendahan hati dalam mempersembahkannya. Sikap kerendahan hati dan tulus inilah yang tidak terdapat pada Kain, ia marah ketika persembahannya tidak diterima. Sama dengan respon kebanyakan orang “saya sudah berbuat banyak untuk TUHAN, untuk gereja, tetapi kenapa saya tidak diberkati seperti yang saya inginkan?”

 4. 2 korintus 8:12. Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Memberi dengan kerelaan dan yang ada padamu bukan dengan bersungut-sungut misalnya perpuluhan kalau 10% dari 100 ribu mungkin tidak seberapa tapi 10% dari 100 juta mungkin sudah berpikir itu terlalu banyak atau ada juga yang karena lupa atau tidak bawa uang lebih untuk persembahan sampai-sampai berhutang ketika hendak memberi persembahan, ketiadaan seharusnya bukan jadi penghalang memberi untuk Tuhan seperti janda di Lukas 21:1-4 yang memberi seluruh nafkahnya. Saya mengenal banyak orang yang meskipun terbatas tetapi masih mau memberi persembahan untuk Tuhan entah dia memberikan uang biaya makannya sehari,uang pulangnya dll. 

5. Mazmur 116:12-14. Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya. Persembahan adalah respon syukur dan bukan cara untuk menyogok Allah. Karena merupakan respon syukur, itu berarti setiap orang punya hak dan kewajiban untuk melakukannya. 

    Sewaktu SMA dulu saya pernah berpendapat “Saya belum punya kerja jadi saya belum bisa beri perpuluhan..” tapi setelah belajar di dalam kelompok kecil saya memahami bahwa perpuluhan bukan hanya untuk mereka yang bekerja tetapi untuk semua orang yang sudah merasakan kebaikan TUHAN 

Ulangan 26:1-2,  
"Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, dan engkau telah mendudukinya dan diam di sana, maka haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana. 
 Karena sebagai ungkapan syukur maka perpuluhan bukan lagi hanya sekedar 10% dari yang kita miliki tetapi adalah sebuah komitmen” lebih boleh tetapi kurang jangan (kecuali jika tidak punya)”

. Amsal 3:9. 
 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 

    Ada orang beranggapan penghasilan pertama itu berarti semuanya, tidak tetapi sepersepuluh ataukah sesuai komitmen beda lagi dengan nazar, jika nazarnya semua gaji pertama maka harus diberikan semua. Bagi yang tidak punya penghasilan misalnya kita pelajar dan mahasiswa yang dapatnya hanya uang jajan atau transport dari sekarang belajarlah memberi sepersepuluh dari uang jajan atau pemberian/rezeki selain itu ungkapan syukur kita pun belajar untuk tidak mengikat diri dengan harta.  

Kisah: 
     Pada tahun 177, di kota Lyons,propinsi Gaul (prancis sekarang). Bayangkan diri kita sedang berada di tengah-tengah semaraknya suasana pesta Augustalia.Kita berdiri sebagai penonton yang menyaksikan 47 Orang Kristen di giring ke arena karena sekalipun mereka dianiaya mereka tidak mau beribadat kepada kaisar Romawi Aurelius. Terompet berbunyi 47 orang laki-laki dan perempuan digiring masuk. Di arena itu mereka diberi kesempatan sekali lagi untuk menyangkali imannya ganti keselamatan mereka dari hukuman mati, tetapi mereka tetap menolak. Penonton mulai riuh, satu persatu mereka di hukum mati dengan berbagai cara duduk di kursi besi yang yang telah di bakar,di salibkan, dipenggal, di tarik dua ekor kuda dari berlawanan arah sehingga tubuhnya terbelah, dipaksa minum air raksa dll. Hingga seorang yang ke 47 yang adalah seorang gadis kecil bernama Blandina yang juga tidak mau sangkali imannya dan harus mati di ujung tanduk seekor banteng. Yang menjadi pertanyaan kita MENGAPA mereka begitu kuat? Wahyu 12:11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Karena mereka mencintai Kristus ketimbang diri mereka sendiri. Eka Darmaputera dalam sebuah bukunya berkata :
“Pasti ada sesuatu yang salah jika kita gereja-gereja Tuhan hanya bersedia menyediakan 100 rupiah sehari untuk orang yang telah mengucurkan darah-Nya bagi keselamatannya, yang salah pasti bukanlah teknik, taktik atau organisasinya.Tetapi ada yang salah dengan penghayatan iman kita...”
Saya mengingat motto sebuah lembaga misi :
"Karena Yesus Kristus adalah Allah dan telah mati bagiku,maka tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk kupersembahkan bagi-Nya" (C.T. Studd, Pendiri WEC)
    Kiranya kita menjadi pribadi yang tahu mengucap syukur, yang senantiasa rindu memberikan yang terbaik untuk TUHAN tidak hanya uang kita tetapi segala hal dalam diri kita. 

 Referensi: 
Persembahan, Eka Darmaputera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...